<** LITERATUR GUNUNG RINJANI **>


| Keadaan Alam Gunung Rinjani | Taman Nasional Rinjani | | Iklim dan Cuaca | sumber daya | Potensi wisata |
| Kegiatan yang ditawarkan | Fasilitas yang tersedia |
| Daerah Bahaya | Sungai | Keadaan Penduduk | Jalur Pendakian | Informasi lainnya |




Nama 'Rinjani' berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti 'Yang Agung', dan menurut dongeng suku Sasak, Gunung ini merupakan kediaman putri Anjani, putri dari dewa tertinggi Pulau Lombok.

-Keadaan Alam Gunung Rinjani-
Gunung Rinjani terletak pada posisi geografis 8°25' LS dan 116°26' BT, termasuk wilayah Kabupaten Lombok Barat, Lombok tengah dan Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Gunungapi majemuk ini dikenal dengan Danau Kaldera Segara Anak, dengan ketinggian 3726 m di atas permukaan laut, merupakan gunungapi kedua yang tertinggi di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera. Tubuhnya berupa kerucut yang menjulang tinggi di lereng terjadi dibangun dari rempah-rempah gunungapi hasil letusan (eksplosif) dan leleran lava, serta mempunyau tipe strato (berlapis). Kawah pusat terdapat pada bagian puncak dengan luas 559.000 m2; kedalaman 300 m serta luas dasar kawah 60.000 m2 yang mana terdapat beberapa tembusan furmarola di dalamnya. Sebelah barat kerucut ini terdapat Kaldera Segara Anak (1998 m) yang berbentuk lonjong memanjang ke jurusan timur-barat mempunyai luas 16.800.000 m2 dan di dalamnya terdapat sebuah danau berupa bulan sabit dengan ukuran 28.000 x 2.400 m. Bagian selatan danau ini dinamai juga Segara Endut. Luas danau 11.000.000 m2, dengan kedalaman 230 m dan volume air sekitar 1.375 juta m3. Di bagian hulu Sunga Kokok Putih yang terletak di sebelah utara timur laut, terdapat beberapa sumber mata air anas dengan temeperatur antara 44° sampai 48° C. Kerucut muda Gunung Barujari atau Tenga (2376 m) dan Gunung Mas atau Rombongan (2110 m) tumbuh di bagian timur danau yang merupakan pusat kegiatan baru dari aktivitas komplek Gunung Rinjani di abad ini. Perkembangan kerucut yang dibentuknya baru mencapai ketinggian + 600 m di atas dasar kaldera (ketel) Dalam sejarah kegiatananya tercatat pada abad 19 atau th 1846 keadaan Gunung Rinjani dalam stadia fumarola. Kegiatan selanjutnya berlangsung dalam kaldera Segara Anak pada kerucut Gunung Barujari dan Gunung Mas.

-Taman Nasional Rinjani-
Taman Nasional Rinjani dengan luas wilayah 40.000 hektar dan ketinggian antara 300-3726 m dari permukaan laut, secara administratif terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat dan Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Rinjani memiliki Danau Segara Anak di puncaknya yang dikunjungi oleh masyarakat disekitarnya setiap tahun secara masal untuk melaksanakan upacara adat. Ditengah-tengah danau ini muncul sebuah gunung anak yang masih aktif menyemburkan gas belerang.
Dinyatakan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan tahun 1990 dengan luas ± 41.330 ha. Secara administratif pemerintahan berada pada 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Lombok Barat, kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Dati I Nusa Tenggara Barat. Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan daerah yang bergunung-gunung yang Puncak ketinggiannya terdapat di Gunung Rinjani (3.726 m dpl) yang merupakan gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Mempunyai iklim tropis dengan rata-rata curah hujan sekitar 2.066 mm per tahun di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Di lembah sebelah Barat G. Rinjani terdapat Danau Segara Anak (2.008 m dpl) yang airnya berbau belerang dengan suhu yang berbeda yaitu mulai dari dingin, hangat sampai panas. Beberapa tipe vegetasi yang ada di Taman Nasional yaitu hutan hujan tropis dataran rendah, hutan hujan tropis pegunungan, hutan sekunder dan hutan-hutan sepanjang aliran sungai. Kelompok hutan, Gunung Rinjani seluas 125.200 ha., mempunyai fungsi sebagai hutan lindung 51.500 ha, hutan produksi terbatas 9.935 ha, hutan produksi biasa 22.975 ha serta suaka margasatwa 41.330 ha yang telah menjadi Taman Nasional Gunung Rinjani sesuai dengan pernyataan Menteri Kehutanan No. 448/Menhut-VI/90 tanggal 6 Mei 1990, pada acara puncak Pekan Konservasi Alam Nasional III di Mataram, Nusa Tenggara Barat bulan Maret 1990. Taman Nasional Gunung Rinjani menyuguhkan tantangan kepada para pengunjung untuk menikmati kekayaan dan keindahan alamnya yang khas dan unik.


-Iklim dan cuaca Gn. Rinjani-
Iklim tropis P. Lombok dipengaruhi oleh angin Muson Tenggara (Angin Timur) yang sifatnya kering pada bulan April s/d September dan angin Muson Barat Laut yang sifatnya basah yang terjadi pada bulan Oktober s/d April. Curah hujan di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani berkisar antara 2000-4000 mm/tahun di bagian Selatan dan Tengah, sedangkan di kawasan bagian Timur lebih kering dengan rata-rata curah hujan 1.200 mm/tahun. Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan pegunungan tinggi dengan beberapa gunung yang masih aktif, memanjang dari Timur ke Barat 65 km dari Utara ke Selatan. Ketinggian puncak Gn. Rinjani adalah 3.726 m dpl. merupakan gunung tertinggi ke 3 di Indonesia. Di ujung Barat Gn. Rinjani terdapat kaldera selebar 6 km dengan dinding yang tinggi dan curam, yang di lembahnya terdapat sebuah danau yang luas dan dangkal. Danau ini terletak pada ketinggian 2.008 m dpl. Dari dalam danau muncul sebuah gunung yang masih aktif yaitu Gunung Baru (2.376 m dpl).

-Sumber daya alam Gn. Rinjani-
Pada ketinggian 1000-2000 meter antara lain dijumpai Garu (Dysoxylum sp), Bayur (Pterospermum javanicum) dan Beringin (Ficus Superb). Sedangkan pada ketinggian 2000-3000 meter vegetasi yang dominan adalah cemara gunung (Casuarina Junghuniana). Di atas 3000 meter hanya terdapat jenis rumput-rumputan terutama bunga abadi (Edelweiss). Satwa yang menghuni daerah ini antara lain Kera Hitam (Presbytis Cristata), Kijang (Munticacus Muntjak), Rusa (Cervus Timorensis), Kakatua (Cacatua Sulphurea Occsidentalis) dan Landak (Hystrix javanica). Beberapa flora yang ada di Taman Nasional Rinjani antara lain Bayur (Pterospermun javanicum), Mahoni (Swietenia macrophilla), Beringin (Ficus superba), Suren (Toona sureni), bunnga abadi "Eidelweis", anggrek (Vanda sp.), Lumut jenggot (Usnea sp.) dan lain-lain. Sedangkan fauna yang ada di Taman Nasional Rinjani antara lain Rusa (Cervus timorensis), Kijang (Muntiacus muntjak), Landak (Hystrix javanica), Lutung (Presbytis sp.), Burung koakiau (Philemon buceroides), Kakatua putih (Cacatua sp.) dan lain-lain. Terdapat satwa yang tidak terdapat di tempat lain yaitu Burung penghisap madu (Lichmera lombokia). Tipe vegetasi utama yang menyusun kawasannya adalah vegetasi hutan pegunungan. Pada ketinggian 1.000-2.000 m antara lain ditumbuhi pohon beringin (Ficus superba), Garu (Dysoxylum sp), Bayur (Pterospermum javanicun) dan lain-lain. Sedangkan pada ketinggian 2.000-3.000 m terdapat Cemara Gunung (Casuarina junghunniana), Malaka (Phyllanthus emblica) dan lain-lain. Di atas ketinggian 3.000 m hanya terdapat rumput-rumputan dan batuan. Satwa yang menghuni Taman Nasional Gn. Rinjani antara lain Rusa (Cervus timorensis), Kijang (Muntiacus muncak), Kera Hitam (Presbytis cristata), Landak (Hystrix javanica) dan lain-lain. Jenis burung antara lain Koakiau (Philemon buceroides), Belibus (Caerina aculata), Elang, Kakatua putih kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea occidentalis), Pering (Loriculus vernalis) dan lain-lain.


-Potensi Wisata Gn. Rinjani-
Objek-objek wisata Gn. Rinjani
Berbagai jenis kekayaan sumber daya alam terkandung di dalam kawasan Taman Nasional Gn. Rinjani, baik flora, fauna maupun gejala keunikan dan keindahan alam.
Di samping potensi kekayaan alam yang berupa flora dan fauna yang beraneka ragam jenisnya. Taman Nasional Gn. Rinjani juga memiliki kekayaan alam lain yang tidak kalah menariknya yaitu kekayaan berupa keunikan dan keindahan alam. Gabungan semua kekayaan inilah yang membuat Taman Nasional Gn. Rinjani mempunyai potensi pariwisata yang cukup tinggi.
1. Danau Segara Anak seluas +156 ha yang dikelilingi oleh gunung-gunung yang merupakan dinding kaldera berwarna-warni dan sangat menarik para pengunjung, begitu pula dengan air danau yang berwarna-warni pada ketinggian 2.008 m dpl. serta pemandangan yang sangat menakjubkan.
2. Dari puncak Gn. Rinjani dapat dinikmati pemandangan yang menakjubkan ke arah danau dan keseluruhan komplek pegunungan serta dalam keadaan cuaca baik dapat melihat pemandangan P. Lombok dan P. Sumbawa.
3. Adanya sumber air panas (air belerang) di sekitar Danau Segara Anak (di hulu Kali Putih) yang merupakan tempat berobat bagi para pengunjung yang berpenyakit kulit dan sumber air panas Sebau terdapat di antara jalan Pesugulan dan Sembalun.
4. Adanya air terjun Diotak Kokok Gading dan Sendang Gile banyak dikunjungi para pengunjung terutama pada hari-hari besar/libur.


-Kegiatan yang ditawarkan-

Kegiatan-kegiatan kepariwisataan yang ditawarkan di kawasan Gn. Rinjani ini antara lain : Rekreasi dan pariwisata alam antara lain hiking, berkemah, mandi air panas, air terjun, panorama alam dan pegunungan. Penelitian serta Upacara ritual di sekitar G. Rinjani.

-Fasilitas yang tersedia-
Pondok kerja, pondok jaga, shelter, pintu gerbang, kolam mandi/MCK, jalan setapak dan lain-lain.

-Daerah bahaya-
Aktivitas Gn. Rinjani
Gn. Rinjani merupakan gunung api yang masih aktif. Aktivitas terakhir terjadi pada tahun 1994 dimana gunung ini meletus, setelah 30 tahun tak beraktivitas (erupsi terakhir tahun 1966). Gejala aktivitas gunung sudah mulai terasa pada bulan mei 1994 dimana terjadi gempa bumi pada tanggal 27, 28, 30, dan 31 Mei. Saat itu pula sudah terlihat aliran lava menuju lembah dan abu sudah mulai menutupi daerah sekitar. Pada tanggal 3 Juni, gn. Barujari mulai meletus, dan diikuti letusan-letusan berikutnya yang berlangsung berbulan-bulan. Pada bulan november 1994, lahar dingin membunuh 30 orang warga setempat yang sedang mengambil air di Aikmel.
-Sifat Erupsi
Letusan-letusan terdahulu telah menunjukkan bahwa Gunung Rinjani mempunyai sifat erupsi sebagai berikut :
a. Pusat kegiatan/erupsi dewasa ini berada di Kaldera Segara Anak pada kerucut Gunung Barujari dan Gunung Mas.
b. Erupsi atau letusan komplek Gunung Rinjani merupakan letusan magmatik eksplosif yang sangat membahayakan.
c. Letusan magamatik efusif dapat terjadi berupa aliran lava pili yang menghasilkan awan panas guguran.
d. Letusan freatik dapat terjadi mengingat terdapatnya air danau.
e. Letusan freatomagmatik dapat terjadi, sedangkan larutan freatik dapat merupakan letusan pendahuluan dari suatu letusan magmatik.

Bahaya Erupsi
Mengingat sifat erupsi komplek Gunung Rinjani, maka bahaya gunungapi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :
a. Bahaya letusan berupa lontaran material lepas vulkanik (bom, lapili, dan abu) serta material batuan samping pada saat letusan terjadi berupa hasil gerusannya terhadap sisa kepundan maupun kawah. Jauhnya lontaran material vulkanik tersebut tergantung pada kekuatan letusan dan ukuran serta arah angin. Umumnya, bom vulkanik dan lapili yang dilontarkan waktu letusan, tersebar di sekitar kaldera, sedangkan sebaran abu yang sangat tebal akibat hembusan angin dapat mencapai jarak yang lebih jauh. Sebaran abu ini sangat membahayakan pernafasan dan penglihatan manusia serta merusak bangunan dan atap seng.
b. Terdapatnya telaga atau danau di dalam kaldera yang menjadi pusat aktivitas gunungapi, memungkinkan terjadinya lemparan/semburan lumpur akibat letusan magmatik yang eksplosif maupun letusan freatik. Lumpur yang dilemparkan dapat bersifat panas. Karena air yang terdapat dalam danau cukup banyak, sangat mungkin terjadi lahar letusan atau aliran lahar.
-Daerah Bahaya-
Kegiatan-kegiatan yang tercatat pada masa lampau manggambarkan tingkah laku, sifat erupsi dan bahaya erupsi. Bentuk dari bentang alam, letak pusat erupsi yang masih aktif serta pemantauan visual yang berkesinambungan merupakan informasi tambahan dalam penentuan batas-batas daerah bahaya. Peta daerah bahaya menggambarkan daerah yang secara langsung terancam oleh bahaya letusan gunungapi. Selain itu diperlihatkan pula daerah yang tidak terancam secara tidak langsung (bahaya sekunder) dan daerah yang dianggap aman. Batas daerah bahaya sementara yang ditarik di sini hanya berdasarkan letusan yang mungkin terjadi dari titik erupsi dalam Kaldera Segara Anak, ialah Gunung Barujaru atau Gunung Mas, yang tersusun oleh Kusumadinata dkk. (1969), terbagi dalam Daerah Bahaya dan Daerah Bahaya. Daerah Bahaya meliputi daerah dalam Kaldera Segara Anak berbentuk elips mengikuti garis tinggi dinding kaldera yang meluas sepanjang lajur S. Kokok Putih dan kaki bagian utara-timurlaut serta lembah sungainya sampai Kp. Batusantek yang mungkin terlanda oleh sebaran bom gunungapi dan eflata lainnya yang dimuntahkan dari titik letusan, di samping leleran lava, lahar letusan daerah bahaya + 58,5 km2 dan tidak berpenduduk (1969). Penduduk yang berladang atau berkebun sekitar jalur S.Kokok Putih perlu mempunyai kewaspadaan terhadap letusan Gunung Rinjani.
Daerah Waspada
Daerah Waspada meliputi daerah berbentuk lingkaran di luar dan daerah bahaya, berjari-jari 8 km dari pusat letusan/kawah Gunung Barujari dan dipengaruhi oleh lontaran atau lemparan bom vulkanik, lapili, pasir kasar, abu dan aliran lahartergantung pada sifat dan kekuatan letusan gunungapi yang bersangkutan. Selain sifat kekuatan letusan, hembusan angin memegang peranan yang penting sehingga bentuk lingkaran dan dapat berubah menjadi bentuk lain misalnya elipsoidal. Berdasarkan leleran lava beserta awan panas gugurannya, lahar hujan (aliran lahar) dan lahar letusan, daerah waspada ini diperluas sepanjang sungai Kokok Putih, mulai dari Kep. Batusantek hingga laut dan sepanjang aliran sungai lainnnya yan gberhulu di bagian puncak atau tepi kaldera sejauh + 15 km terhitung dari kawah gunung Barujari. Luas daerah ini berpenduduk 10 orang (1969), dan pada tahun 1979 berjumlah 330 orang (Santoso dkk,1979).

-Sungai Gn.Rinjani-

Sungai-sungai yang berhulu sekitar kaldera yang mengalir ke arah baratdaya diantaranya adalah K. Remening dan Aik Antjet. Sungai-sungai ini mengalir ke arah selatan menenggara adalah K. Kemit, K Amabang, K. Blimbing, K.Timbung, K. Keluaik, K. Kolor, K. Tibulisisung dan K. Grenggengan, kesemuanya mengalir ke Selat alas, dan sungai-sungai yang mengalir ke arah utara di antaranya adalah K. Mati, K. Durit, K. Kediri, K. Jebag, K. Tengenge, K. Padabalong, K. Kokok Putih, K. Novan, K. Muntu, K. Kandangan dan K. Mandi, kesemuanya mengalir ke laut Sunda. (Kokok = Sungai)

-Keadaan Penduduk-
Penyebaran pemukiman penduduk pada umumnya terdapat di sekitar lereng dan kaki sebelah selatan, tenggara dan utara gunungapi tersebut, seperti tampak pada peta. Perkembangan perkampungan pada umumnya menyebar sepanjang jalan desa yang kondisinya lebih baik dan sepanjang aliran sungai di sekitar gunungapi tersebut. Banyak penduduk yang hidupnya dari pertanian dan perkebunan di sekitar gunungapi ini karena tanahnya yang subur. Dalam kawasan atau zona Daerah Bahaya yang dikatakan tidak berpenduduk karena hanya dipergunakan sebagai daerah lahan pertanian dan sebagian besar berupa hutan lindung. Khususnya untuk kampung Batusantek; dalam rangka pengembangan wilayah supaya dihindari pemukiman penduduk ke arah selatan sepanjang Sungai Kokok Putih, karena kampung ini terletak pada batas antara Daerah Bahaya dan Daerah Waspada. Selain itu terdapatnya kampung-kampung yang mendekat kepada Zona daerah Bahaya sepanjang sungai Kokok Putih :
Kampung Torean 525 jiwa
Kampung Telaga Segara 550 jiwa
Kampung Loloan 610 jiwa
Kampung Bt. Garantung 235 jiwa
Kampung Petak Daya 225 jiwa
Kampung Petak Laut 315 jiwa
Kampung Barungbira 235 jiwa
Kampung Bt. Santek 330 jiwa
2.985 jiwa
Pada kawasan Daerah Waspada tampak terdapatnya sejumlah penduduk yang bermukim pada jalur aliran lahar, meliputi kampung dan desa-desa yang terdapat di lereng selatan dan kampung-kampung di lereng utara yang termasuk wilayah Kecamatan Bayan, diantaranya Kp. Tanah Betian, Kp. Kembangkuning, Pengadang, Pk. Pesanggrahan, Kp. Torean, Kp. Bayan, Kp. Sinaru, Kp. Loloan Kp. Anyar, Kp Beburung, Kp. Sayang, Kp. Longken, dan Kp. Bawa Nao.

-Jalur Pendakian-
Informasi Jalur Pendakian
Karena alamnya yang indah serta perpaduan antara Gunung Rinjani dengan Danau Segara Anak menjadikan daerah ini tak pernah surut akan wisatawan, hingga bayak jalan yang bisa ditempuh, diantaranya :
1. Lewat Bayan – Sinaru (utara) Sinaru dapat dicapai dari Ibukota Lombok Mataram dengan kendaraan bermotor (sehari perjalanan),. Kemudian berjalan kaki sinaru – Babanan (tepi kaldera sebelah utara) – Kokok Putih (satuhari). Perjalanan ini paling mudah, jalan kakinya melandai dan pemandangan paling baik terhadap aliran lava terbaru dari Babanan.
2. Lewat Bayan –Torean (utara timur laut) Dari Bayan berjalan kaki ke dalam kaldera. Perjalanan ini memakan waktu satu hari dan agak sulit.
3. Lewat Sembalun Lawang (tenggara) Dari Mataram naik kendaraan bermotor ke Pasugulan (lk 4 jam). Pesugulan –Sembalun Bumbung—Sembalun Lawang berjalan kaki atau naik kuda lk 5 jam: Sembalun Lawang—G. Plawangan dapat didaki puncak G.Rinjani. Jalan ini agak berat, tetapi paling sering digunakan orang.
4. Lewat Sajang Sajang terletak di antara Sembalun Lawang dan Bayan. Pendakina ke Plawangan tidak jauh berbada dengan dari Sembalun Lawang karena jalan setapak tidak jauh dari barat dan menjadi satu.
5. Lewat Kumbi (Sesaut)
Sesaut yang terletak di sebelah baratdaya Pegunungan Rinjani hanyalah sejauh ˝ jam perjalanan dengan kendaraanbermotor dari Mataram ke arah timur. Perjalanan hingga di babanan memakan waktu lk ˝ hari sampai di Kokok Putih.
Perjalanan yang panjang ini memang tidak menyuguhkan pemandangan alam terbuka yang indah, tetapi menarik bagi seorang ahli kehutanan karena melewati hutan lebat.

Puncak Gunung Rinjani hanya dapat dicapai dari tempat ialah puncak Gunung Plawangan (+ 6 jam pendakian) dan langsung dari Aikmel. Perjalanan terakhir ini sangat berat karena tidak akan ditemukan air minum, dan memakan waktu 2 hari.

Jalur Pendakian yang ditempuh
Dalam ekspedisi ini, jalur yang kami lalui :
H1 Sembalun Lawang – Pos I (Tengengean) – Pos 2 (Pemaluan)
H2 Pos 2 – Gn Plawangan
H3 Gn. Plawangan – Puncak Gn. Rinjani
H4 Puncak Gn. Rinjani – Plawangan Plawangan – Danau Segara Anak
H5 Danau segara Anak – Senaru
Jalur pendakian ini sudah sering dipakai para pendaki terdahulu.

Deskripsi yang sejelasnya dapat dilihat di sini

Informasi lainnya
Taman Nasional Rinjani merupakan Sub Region Wallacea dengan Pulau Lombok sebagai perbatasannya Pendakian G. Rinjani harus melapor kepada petugas, karena banyak daerah-daerah yang berbahaya untuk pendakian.

beri komentar, saran, whatever lah di amxxiv's message board
maintained by nurvitria-amxxiv
jamadagni copyright 2000